2 Juli 2009

Keterpaduan Pengelolaan Sumberdayaa Alam; Pengalaman dari Sumbawa


hari kamis 2 Juli 2009, di Jakarta 2009 mengikuti Rapat Koordinasi program Nusa Tenggara Barat - Water Resources Management Program (NTB-WRMP). Program telah dilaksanakan sejak tahun 2006 dengan sumber pendanaan dari Uni Eropa melalui Bank Dunia. Seluruh komponen pembiayaan yang telah dilaksanakan sejak 2006 dialokaskan untuk irigasi, penguatan P3A/GP3A (Gapungan Perkumpulan Petani Pemakai Air). Pembangunan saluran irigasi, perbaikan sarana irigas, penguatan P3A, pola tanam, serta pengembangan kapasitas petani. namun terdapat juga capaia-capaian yang bersifat regulasi seperti Perda Irigasi serta terbentuknya Komisi Irgasi (Komir). Komisi Irigasi ini selanjutnya dihajatkan sebagai wahana GP3A bersama seluruh parapihak terkait. Intinya semua pihak dan sumberdaya bicara soal water user (pengguna air) serta efisiensi penggunaan air irigasi.


Pertanyaan bagaimana membuat keterkaitan dengan daerah tangakapan air yang nota bene berada di hulu?. Bagaimana membangun kesadaran petani (P3A/GP3A) agar memiliki willines to pay bagi air yang telah digunakan. Ini juga dapat dibaca sebagai bagian dari keadilan pemanfaatan sumberdaya alam. bahkan lebih jauh skema hubungan hulu hilir seperti ini akan memberkan jaminan keberlanjutan pemanfaatan air serta pengelolaan sumberdaya alam.


Melihat peta seperti ini, Kabupaten Sumbawa mencoba menawarkan keterlibatan bagi adanya skema hulu hilir serta konservasi hulu dalam program NTB-WRMP ini. Implementas gagasan ini dilaksanakan di Sub DAS Batulanteh. Sub DAS ini merupakan kawasan strategis, dimana lokasi ini adalah daerah tangkapan air bagi sungai yang melintasi Kota Sumbawa Besar, sumber air PDAM yang mengairi 800-ah hektar Daerah Irigasi (DI) serta kawasan yang menghasilkan madu hutan terbesar di Sumbawa.


Sebagai pelaksana kegiatan, keterpaduan merupakan suatu keharusan untuk pengelolaan sumberdaya alam di kawasan ini. Salah satu sumber pembiayaan dan pihak yang terlibat di bagian hulu kawasan ini yakni Jaringan Madu Hutan Sumbawa (JMHS) yang telah bekerja bersama petani madu untuk mendorong konservasi DAS berbasis lebah amdu hutan. kegiatan ini atas dukungan dari Ecosystem Grant Program (EGP) IUCN The Netherland.