21 Mei 2011

Mendulang Cemas di Tambang Emas, Jejak Newmont Hingga di Sumbawa


Sejak beroperasinya Newmont Nusa Tenggara 2008 lalu di Batu Hijau Kab. Sumbawa Barat, perusahaan tambang ini tidak pernah lepas dari kontroversi di masyarakat Sumbawa. Dari rekruitmen pegawai (job post) yang sebagian besar bukan pekerja lokal, pembuangan tailling di Teluk Senunu yang juga diprotes oleh aktivis lingkungan hingga kasus pengambilan air enau atau dalam bahasa Sumbawa "bejalit". Semua ini mengindikasikan belum disiapkannya masyarakat dan infrastruktur oleh pemerintah daerah dalam rangka beroperasinya perusahaan tambang.

Ini bentuk kecemasan-kecemasan yang menjadi early warning bagi semua kita. Bahwa Newmont sedang menambang kekayaan alam di Tana Intan Bulaeng ini. Bukan hanya konsekeusni hilangnya kekayaan alam akibat penambangan, tetapi juga Newmont meninggalkan potensi "leten" yakni permbauangan tailling serta lobang tambang (open pit) dengan diameter 3 km.

Puncak kecemasan baik elit pemerintah daerah, provinsi hingga pusat yakni proses divestasi PTNNT sebesar 31% disamping kepemilikan nasonal 20% oleh Pukuafu. Proses divestasi PTNNT selama kurang lebih 4 bulan di Kab. Sumbawa Barat penuh dengan pentas pernyataan, kebijakan yang semuanya mengarah pada perusahaan tambang ini. Ini merupakan bagian dari negosiasi para elit, untuk mengantisipasi terjadinya kecemasan pada generasi Sumbawa Barat berikutnya. Terlepas, apakah proses divestasi merupakan ruang dan peluang perebutan aset kekayaan pribadi atau golongan atau merupakan bagian dari akuntabilitas politik daerah. Tidak jarang muncul konflik antar kelembagaan pemerintah, konflik horisontal akibat ada masyarakat yang pro tambang dan anti tambang.

Ini potret "kecemasan" di Sumbawa Barat. Bagaimana dengan Kab. Sumbawa (kabupaten induk?). Kecemasan-kecemasan belumlah se-manifest di Sumbawa Barat atau se-terbuka Sumbawa Barat. Akan tetapi penolakan dan perlawanan mulai tumbuh dan terorganiser. Semua ini merupakan cerminan dari kecemasan-kecemasan kolektif masyarakat. Celakanya perusahaan kerapkali merespon dengan cara-cara dan pendekatan security approach. Salah satunya adalah pembakaran camp perusahaan Newmont Nusa Tenggara ketika perusahaan ini melakukan eksplorasi di Blok Elang Dodo Rinti. Akibat ini aktivitas eksplorasi terhenti hingga beberapa tahun.

Fakta-fakta ini menyiratkan jejak yang harus didokumentasikan agar kita memiliki rekam jejak bagi anak cucu kedepan. Buku ini mencoba mengurai semua bentuk kecemasan-kecemasan sejak 2008 hingga 2011. Buku ini pula juga menggambarkan praktek Newmont di Twin Creck di Amerika, Newmont di Peru serta Newmont di beberapa tempat dengan segala taktik dan strategi menundukkan lawan atau pihak yang menentang keberadaannya, baik halus atau kasar.

Semoga buku ini dapat menjadi panduan bagi masyarakat Sumbawa agar secara kritis menyikapi keberadaan Newmont. Bahwa kita tinggal dan hidup pada bumi yang satu ini, bumi yang mulai menua dan mulai kehilangan kesimbangan ekosistemnya. Yang kemudian bisa mendatangkan bencana masa depan lebih permanen.

2 komentar:

MUH. FAJRI SALAM mengatakan...

dimana bisa di dapatkan bukunya bos..

julmansyah mengatakan...

masih terus diperkaya bukunya mas, jadi belum terbit