19 Oktober 2011

Rungan Samawa dan Komunitas Peduli Desa Darat (KPDD): Salah Satu Prototipe Jurnalisme Warga di Sumbawa

Sekitar tahun 1990-1998 pers mahasiswa menjadi pers alternatif. Pers umum saat itu orde baru diancam dengan pembredelan, sehingga kerap tidak banyak mengulas perihal yang terkait dengan kekuasaan. Pers mahasiswa (persma) melalui PPMI (Perkumpulan Perms Mahasiswa Indonesia) mampu mengorganinser diri menjadi alternatif. Kini saluran informasi tidak bisa lagi di kontrol dalam dunia yang borderless ini, akibat revolusi teknologi informasi. Kini berbagai portal, situs, blog pribadi serta jejaring sosial Fesbuk, twiter dll menjadi saluran alternatif untuk mengabarkan antar warga. Berbagai tema, persoalan, informasi diperdebatkan dan diwacanakan di media jejaring sosial. Jurnalis warga (Citizen journalis) adalah warga biasa yang menjalankan fungsi selayaknya jurnalis profesional yang pada umumnya menggunakan channel media baru yaitu internet untuk menyebarkan informasi dan berita yang mereka dapat. Citizen journalism adalah praktek jurnalisme yang dilakukan oleh non profesional jurnalis dalam hal ini oleh warga. Dan Gillmor, dalam bukunya “We the Media: Grassroots Journalism by the People, for thePeople,” menyebutkan bahwa telah muncul ekosistem media baru yang memungkinkan adanya percakapan multidirectional yang memperkaya dialog di tataran masyarakat sipil. Nurul Hasfi berpendapat sejak tahun 2002-nan, citizen media telah berkembang pesat yang mencoba mencari eksistensi di tengah atmosfer media tradisional. Dengan adanya internet, citizen media mampu menyebarkan informasi dalam bentuk teks, audio, video, foto, komentar dan analisis. Bahkan mampu menjalankan fungsi pers seperti watchdog, filter informasi, pengecekan fakta bahkan pengeditan. Nah bagaimana memposisikan Group Fesbuk Rungan Samawa dan Group Fesbuk Komunitas Peduli Desa Darat dalam konteks ini?. Nampak jelas Rungan Samawa (RS) dan KPDD mempu mmefasilitasi keinginan, suara warga dalam media online yang kemudian dalam bahasa Dan Gillmor menjadi percapakan multidirectional. Hingga tulisan ini dibuat RS memiliki 3.112 anggota, 275 foto dan 44 dokumen. RS lebih dulu hadir jika dibandingkan dengan KPDD sehingga anggota jauh lebih banyak bahkan dengan macam tema diskusi yang beragam dari seputar info sampai dengan pembahasan roda pemerintahan. Suatu suasana yang tidak kita temukan di tahun-tahun di bawah 2000. Meski demikian KPDD telah memiliki 660 anggota dengan 77 foto dan 40 dokumen. Salah satu cirri jurnalis warga (citizen journalism) adalah kesukarelaan warga (anggota group) untuk meng-upload, reportase, berita, investigasi yang kemudian menjadi konsumsi bagi warga lain di group RS dan KPDD. Dari berita up load tersebut peran sebagai wactdog bahkan warga lain secara realtime mengikuti perkembangan terhadap tema yang dipercakapkan tersebut. Terjadi interaksi antar warga di tengah media mainstream. Dalam pengamatan saya di RS setiap hari terjadi transaksi gagasan yang begitu dinamis tidak kuran dari 30 broadcast pada berbagai tema di group tersebut. Pada KPDD salah satu peran yang menarik secara realtime di update oleh admin adalah dinamika Pasar Seketeng. Sebuah model (prototype) jurnalisme warga di Sumbawa yang begitu dinamis. Menjadi alternatif bagi perbaikan tata pemerintahan, pengetahun dan pertukaran pengalaman. Saya kira kita harus memberi apresiasi pada admin kedua group di fesbuk ini, karena telah mampu mewadahi sarana pertukaran informasi (experience and information exchange) antar warga Samawa dimana pun berada. Dengan hanya menggunakan handphone setiap warga Sumbawa dapat mengirimkan berita, informasi dan kabar dari tengah sawah, hutan sekalipun sejauh masih terdekteksi signal telepon. Dengan kemudiahan ini, tanpa pengalaman dan pengetahuan jurnalistik sekalipun setiap warga dapat meng-up load apa saja yang dianggapnya dapat di share antar warga di media fesbuk. Nurul Hasfi menjelaskan Munculnya internet mobile akan membawa perubahan dramatik tentang bagaimana berita dibuat dan disebarkan. Inilah fenomena yang terjadi di Indonesia dimana mobile internet berkembang begitu pesat, yang mulai dijajaki oleh media tradisional di Indonesia, misalnya dengan memproduksi e-paper yang bisa didistribusikan lewat mobile internet. Citizen media akan mendorong transparasi yang semakin terbuka dalam pelaporan berita. Hal ini menyebabkan para jurnalis profesional mulai membuat blog untuk mencari feedback informatif dari audience.